| Setelah melakukan penelitian melalui literatur dari berbagai jurnal ilmiah dan referensi dokumen yang diperoleh dari Prof. Adi Utarini dalam Pertemuan Zoom, kekhawatiran semakin bertambah. Dalam kaitannya dengan Protokol Cartagena dan Protokol Nagoya, program penyebaran Nyamuk Wolbachia menimbulkan kekhawatiran;
- Wolbachia adalah IP Protected yang hak kekayaan intelektualnya dipatenkan dan mendapatkan perlindungan lingkungan setempat dan dokter tidak akan diizinkan untuk menguji akibat dari nyamuk tersebut.
- Telur Nyamuk dikecualikan dari peraturan impor dan ekspor sehingga bisa lolos tanpa ada inspeksi keamanan.
- Spesies nyamuk telah difungsikan dan dimanfaatkan dalam teknologi militer.
- Uji keamanan dilakukan dengan program Microsoft AI.
- Tidak ada Percobaan lapangan yang pernah dilakukan sebelumnya untuk gene drive karena sifatnya yang tidak dapat dikembalikan seperti semula. Link Gene Drive
- Program Nyamuk Wolbachia tidak melalui koordinasi dengan departemen yang terkait kapentingan nasional.
- Tidak ada penanggung jawab apabila ada dampak negatif dari hasil program.
- Prinsip etika seperti ijin dari masyarakat yang sebelumnya harus diberi informasi yang menjelaskan untung rugi, manfaat dan bahaya, kelemahan dan kekurangan dari program penyebaran Nyamuk Wolbachia ini belum dilakukan.
- Penelitian terhadap dampak lingkungan dalam uji coba di Jogjakarta tidak terukur.
- Kesadaran sosial terhadap program tersebut sangat minim.
- Dampak kerugian ekonomi dari berkurangnya wisatawan dan pekerja asing tidak dipertimbangkan.
- Konsultasi dan koordinasi dengan Kementrian Pertahanan dan Keamanan serta KLHK bahkan dengan BAPPENAS tidak dilakukan, padahal program nyamuk ini memproduksi agen biologis secara massal untuk dilepaskan di Indonesia yang akan berdampak luas dan berpotensi merugikan bahkan membahayakan, sengaja atau tidak sengaja.
- Keamanan ditanggung oleh agensi dari negara Amerika yaitu DARPA, yang direkomendasikan oleh WHO, dan memiliki komunitas diplomatik di Jenewa, yang didanai oleh keluarga di Australia secara pribadi.
- Yang paling buruk dari semuanya, kami menemukan bahwa nyamuk Wolbachia mengandung Teknologi Protokol Internet, yang diketahui oleh menteri kesehatan dari informasi yang diungkapkan oleh peneliti program. Link IP Technology
- Risiko jangka pendek, menengah, dan jangka panjang dari program penyebaran telur Nyamuk Wolbachia tidak dapat diprediksi.
Untungnya, pada 5 November 2023, PJ Gubernur Bali mengirim perwakilan dari Dinas Kesehatan Bali untuk bertemu dengan Gladiator Bangsa, komunitas Bali, dan Bali Solidarity di acara "Car Free Day" di depan Monumen Bajra Sandhi menginformasikan bahwa akan diadakan koordinasi dengan DINKES Bali mengenai program pelepasan Nyamuk Wolbachia.
Kami diundang ke pertemuan darurat mengenai program nyamuk dalam beberapa hari mendatang. Saya mengirimkan email kepada semua peserta yang hadir yang mewakili beberapa stakeholder agar mereka memiliki informasi dan mengetahui kekhawatiran kami. Berikut adalah daftar pemangku kepentingan yang tercantum dalam undangan rapat mengenai program nyamuk yang direncanakan untuk Bali.
|
|
Dalam pertemuan ini, terungkap bahwa pelepasan massal Nnyamuk Wolbachia di Bali (Denpasar dan Buleleng) bukanlah program dari pemerintah pusat, melainkan program yang diimplementasikan oleh Save the Children dan WMP (World Mosquito Program) tanpa dasar hukum formal dengan pemerintah Bali. Juga terungkap bahwa pemangku kepentingan telah menerima uang sebagai imbalan untuk mengizinkan pelepasan nyamuk. Anda mungkin tertarik untuk mengetahui apakah stakeholder yang sama diinformasikan juga di kota-kota lain?
Bali beruntung mengetahui bahwa implementasi program Nyamuk Wolbachia ilegal sehingga dapat dihentikan, sementara kota-kota lain seharusnya dapat menghentikan program tersebut meskipun program dari pemerintah pusat. Sekarang terdapat pertanyaan tentang keamanan atau efikasi, dan kini ada penyelidikan pidana terhadap pelaksana, WMP dan Save the Children.
|
|
Profesor Richard Claproth, ditemani Dewa Putu Sudarsana, mengajukan laporan tentang aktifitas ilegal dan penyebaran berita bohong yang dilakukan WMP dan Save The Children ke Kantor Polisi di Bali |
|
Program kesehatan dan pemantauan yang dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan berdasarkan instruksi WHO tanpa berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan dan Keamanan serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan tanpa melalui koordinasi dengan BAPPENAS. Link UU 32 Tahun 2009 (PPLH)
Selanjutnya WMP menghindari semua pertanyaan penting mengenai penyebaran bakteri Wolbachia (Gene Drive) dengan klaim bahwa nyamuk yang dibuat di laboratorium sepenuhnya alami.
Gene Drive adalah teknologi; Wolbachia IP adalah teknologi; dan injeksi mikro terakhir dari urutan gen baru juga melibatkan teknologi rekayasa genetika. Ini membuat kami menyadari bahwa teknologi yang masih lemah kembali digunakan untuk membenarkan proyek berdampak besar ini, seperti yang digunakan oleh perusahaan farmasi untuk menyebut terapi pengeditan gen sebagai vaksin.
|
|
Masih dalam bagian dari penyelidikan, ilmuwan WMP bertemu dengan Profesor Richard Claproth.
Grafik dari ilmuwan menunjukkan peningkatan besar yang tidak dapat dijelaskan pada spesies nyamuk Culex, yang membawa penyakit Japanese Enchepalitis (JE) di Kulon Progo - Yogyakarta di mana sebelumnya tidak pernah ada kasus JE sama sekali. |
|
Richard mencatat temuannya yang memprihatinkan lainnya di sini: |
|
Ada klaim bahwa nyamuk Wolbachia dapat mengurangi penyebaran demam dengue sebanyak 70-90%, namun metode pengujian sangat terbatas dan tergantung pada orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk menghadiri klinik kilat dan ketergantungan pada penggunaan tes PCR yang meragukan. |
|
Selain itu, tidak ada sosialisasi bahkan transparansi tentang kebutuhan akan undang-undang baru yang berpotensi merugikan ini. |
|
WMP tidak memberikan penjelasan untuk situaNsi di Sri Lanka, di mana masih terjadi lonjakan wabah DBD. Dengan 64,109 kasus sejak Januari 2023, delapan distrik berisiko tinggi mencatat 23,222 kasus hingga Mei. Mirip dengan wabah 2017, tindakan segera diperlukan. WHO melaporkan 62,783 kasus hingga 8 September. Lihat: Sri Lanka: Dengue Outbreak - May 2023
Singapura, yang telah melaksanakan program Nyamuk Wolbachia sejak tahun 2016, masih mengalami peningkatan empat kali lipat kasus demam dengue sejak tahun 2021. Lihat: Kasus DBD Singapura Melonjak 4 Kali Lipat
Mungkin Anda akan terkejut mengetahui adanya kejanggalan karena program Nyamuk Wolbachia telah dicantumkan dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan No 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia sebagai inovasi penangulanganan DBD yang akan dilaksanakan di 5 kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang. Hal ini dibuat tanpa ada dasar peraturannya. Tetapi dikemudian hari baru diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023. Link Permenkes Nomor 2 Tahun 2023 |
|
|
| |
|
|
No comments:
Post a Comment